Tampilkan postingan dengan label Toxic. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Toxic. Tampilkan semua postingan

Minggu, 28 Agustus 2022

Awas !!!, 6 Hal Ini Pertanda Kamu Terjebak Toxic Relationship.

 

Toxic relationship

      

          "Jatuh cinta, berjuta rasanya" begitulah sepenggal lirik dari lagu "Jatuh Cinta" yang dinyanyikan oleh musisi legendaris Indonesia,Titiek Puspa. Memang jika sedang jatuh cinta hati ini rasanya bercampur aduk kan ?, kamu pasti lagi senyum-senyum sambil membaca tulisan ini.


        Setiap manusia pasti pernah merasakan cinta dan sayang yang mendalam terhadap lawan jenisnya, entah masih sebatas gebetan, pacar atau sudah menjadi pasangan suami-istri. Tetapi dalam berbagai kasus ada pula yang harus menghadapi getir dan pahitnya jalinan asmara. Ada yang sadar ada pula yang belum menyadarinya. Nah disini kita akan mengulas 6 hal penting yang menjadi tanda hubungan kita dengan pasangan sudah tidak sehat alias toxic relationship.


        Jika kamu menemukan 6 hal ini terjadi dalam hubunganmu. Maka kamu harus lebih berhati-hati dan mempersiapkan dirimu ya. Mari kita mulai pembahasannya.


Toxic Relationship alwyas brings many conflicts






1. Dominasi "Berat Sebelah".     

   Poin pertama ini cukup banyak kita temui dalam hubungan pasangan. Biasanya akan ada satu pihak yang berusaha mendominasi pasangannya dengan memanipulasi atau mempermainkan pasangannya. 

        Dalam hal ini akan ada ciri-ciri seperti :
  •     Egosentrime satu pihak, biasanya pihak yang dominan akan menggunakan ego pribadinya sebagai "hukum bersama" dalam sebuah hubungan.  
  •     Manipulasi verbal, aksi ini dilakukan dengan modus meyakinkan pasangan jika perkataannya sajalah yang benar, tanpa menimbang obyektivitas pendapatnya. 
  •     Manipulasi tindakan, dalam tahap ini manipulasi yang digunakan tidak hanya dengan perkataan tetapi sudah mengarah pada tindakan-tindakan tertentu. Biasanya akan sering melakukan silent treatment, atau yang paling parah sering memutuskan berpisah secara sepihak hanya dengan persoalan kecil.
  •     Mengambil ranah privasi pasangan dengan paksa.
        Jika poin diatas relevan dengan keadaan kamu dan pasanganmu sekarang. Ada baiknya kamu untuk memikirkan apakah melanjutkannya atau memutuskan hubungan tersebut.

Toxic relationship


2. Kehilangan Dirimu Sendiri.

        Poin kedua ini adalah efek yang terjadi akibat tindakan-tindakan yang dilakukan dalam poin pertama tadi. Bayangkan jika kamu sering mengalami hal tersebut, di satu sisi kamu juga tertekan menjalaninya namun di lain sisi kamu juga tidak mau berpisah dengan pasanganmu.

        Kamu akan kehilangan personality kamu, menjadi tidak leluasa melakukan apa yang menjadi kehendakmu sebagai manusia. Dan pada tingkatan yang lebih parah kamu akan benar-benar kehilangan kendali atas hidupmu sendiri. Kamu tentu tidak mau kan hal itu terjadi ?

Toxic Relationships


3. Perasaan Terkekang dan Selalu Dicurigai.

        Poin ketiga ini juga masih berkaitan erat dengan poin pertama dan kedua. Coba bayangkan jika hidupmu sepenuhnya dikendalikan yang bukan kamu sendiri ?. Pasti kamu akan merasa terkekang, tertekan dan was-was karena selalu merasa ada yang mencurigaimu.

        Jangan korbankan dirimu hanya untuk orang lain yang bahkan tidak memperdulikanmu ya.


Manipulasi dan toxic relationships


4. Terlalu Banyak Kebohongan.

        Dalam hubungan, baik personal maupun profesional kejujuran adalah kunci utama dalam membangun dan mempertahankan hubungan tersebut. Namun apa jadinya jika hubungan tersebut terlalu banyak manipulasi serta kebohongan di dalamnya ?. Maka hubungan itu hanya akan berisi kepalsuan dan hasrat saling menguasai, bukan atas dasar cinta dan kasih sayang lagi kan ?.


toxic relationships dan narasi destruktif


5. Tidak Mendapat Support Yang Bagus.

        Hubungan yang baik dan dewasa pasti akan saling memberi dukungan, motivasi dan semangat agar bisa berkembang bersama. Namun dalam kasus toxic relationship hal-hal seperti itu tidak akan terpenuhi. Dengan dalih "memberi semangat,dan motivasi" namun perkataan dan cara penyampaiannya sangat bertolak belakang dengan prinsip memberi dukungan dan motivasi.

        Kalau sudah di posisi ini yang ada kamu malah semakin minder, tidak bersemangat dan malah menurunkan produktivitasmu. 


Toxic relationships berujung adu fisik


6. Kekerasan Fisik.

        Kondisi ini bisa dikatakan sebagai kondisi terburuk dan terparah dalam suatu hubungan. Memang dalam sebuah hubungan pasti akan ada konflik dan pertikaian. Namun jika satu pihak sudah mulai melakukan kontak fisik ( memukul, menendang, menggigit, mencakar, menarik kerah baju dengan maksud mengintimidasi ) itu sudah bisa dikategorikan sebagai tindakan kekerasan lho.

        Ingat sekali lagi kamu adalah manusia yang diciptakan dengan derajat yang mulia oleh Sang Pencipta. Sekecil apapun kontak fisik yang dilakukan adalah perbuatan terlarang dan sangat haram hukumnya.



        Nah itu tadi 6 poin yang menandakan hubunganmu sudah memasuki tahap toxic relationship. Kamu bebas mencintai dan menyayangi orang lain termasuk pasanganmu. Tetapi jika itu mengorbankan dirimu, kesehatanmu dan aktivitasmu ada baiknya kamu mempertimbangkan untuk berpisah dan mencoba mencari tambatan hati yang baru. Dunia kan tidak selebar daun kelor, hehehehe.

        Semoga kamu semua dikelilingi oleh orang yang tulus mencintai dan menyayangimu, serta membantumu untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang lebih baik, percaya diri dan semakin produktif. 

Kamis, 25 Agustus 2022

Lingkungan Kerja Toxic ?, Resign Atau Bertahan ?

 
Stress akibat lingkungan kerja yang buruk.

 


  Rekan kerja suportif, atasan yang peng    ertian, alur kerja yang baik, koordinasi antar divisi yang rapi adalah idaman dan harapan bagi setiap pekerja dimanapun dan dalam bidang apapun. Tetapi dalam banyak kasus banyak kita jumpai lingkungan kerja yang tidak sehat ( toxic ) yang menyebabkan hilangnya rasa aman dan nyaman dalam bekerja.
    
    Situasi seperti ini yang mengakibatkan menurunnya fokus dan konsentrasi dalam bekerja yang berakibat pada menurunnya performa kita. Bahkan dalam sebuah survei dari Society of Human Recources Management ( SHRM ) tahun 2019 mengungkapkan bahwa satu dari lima orang yang mengajukan resign beralasan karena tidak sehatnya lingkungan perusahaan tempat bekerja.

    Apakah kamu juga mengalaminya ?. Well, ada baiknya kamu membaca tulisan ini sampai habis karena saya akan membahasnya dan mungkin memberikan insight apakah kamu harus bertahan dan melakukan penyesuaian atau menyelamatkan dirimu dari penjara psikologis yang bisa membunuhmu ?



    Kenapa Harus Bertahan ?.

Overpressure.


 Mungkin jika ditanya tentang hal ini akan banyak sekali jawaban yang kita dapatkan. Tetapi hampisr sebagian besar akan melontarkan alasan karena faktor ekonomi. Klasik memang tapi memang fakta berbicara demikian.
    Banyak yang berusaha menahan segala tekanan, dan stress hanya untuk bertahan di satu perusahaan demi mendapat penghasilan, menghidupi diri sendiri dan keluarga, atau hanya sekedar menyambung hidup. Terutama untuk para kaum urban hal ini sudah seperti pedoman yang tertanam di alam bawah sadar.
    Tetapi apakah kamu sadar jika tindakan itu bisa mengancam kesehatan fisik dan mentalmu ?, jika sudah dalam batas tertentu, resign bisa menjadi keputusan yang tidak akan kamu sesali.


Kenapa Harus Resign ?

Resign adalah jalan terakhir.



    Seringkali jika sudah dalam titik tertentu, kita akan segera mengajukan resign dari perusahaan tempat kita bekerja. Apalagi untuk para millenials yang menganut paham work-life balance pasti akan langusng melakukan hal tersebut.
    Tetapi sebelum melakukan hal itu ada baiknya kamu tanyakan pada dirimu sendiri, apakah kamu siap dengan segala resiko yang ditimbulkan akibat keputusanmu ?, baik secara finansial maupun kehidupanmu ?. Jika belum atau kamu masih ragu, alangkah bijaknya untuk mempertimbangkan untuk sedikit bertahan.


Bijaklah Sebelum Memutuskan.

Kebijaksanaan dekat dengan kemenangan.



    Saya juga pernah diposisi seperti kamu, menghadapi manusia yang cenderung bersikap negatif kepada kita, memberikan masukan yang ternyata menyesatkan, dan membuat semangat bekerja memudar.
    Tetapi sebelum memutuskan akan memilih apa ada baiknya kamu siapkan daftar pertanyaan ini :
  • Apakah tabungan saya sudah cukup untuk menopang saya dan keluarga setelah resign ?
  • Bagaimana prospek kita di masa depan jika terus bertahan ?
  • Apakah kesehatan saya sudah mulai terganggu ?
  • Kenapa lingkungan kerja saya begitu toxic ?
  • Apakah ada hak-hak saya yang tidak bisa didapatkan selama kerja ?
  • Dan lainnya,sesuaikan dan kreasikan sesuai dirimu.
    Setelah melakukan hal tersebut, anda mungkin bisa mengambil keputusan secara lebih bijaksana dan mendapat pandangan yang jauh lebih obyektif dan jelas. Saya juga akan memberikan sedikit kiat-kiat yang sesuai dengan pengalaman saya sendiri, ketika menghadapi 2 skenario yang sudah kita bahas diawal. Saya bagikan untuk kamu semua, Gratis.


Jika Saya Bertahan ?

    Jika kamu memang memutuskan ingin bertahan terlepas apapun motifnya, berikut tips yang bisa kamu pergunakan sebagai senjata kamu "bertahan hidup" :
  • Beranikan dirimu untuk menjadi penganut aliran Teng-Go.
  • Berusahalah untuk fokus total dalam pekerjaanmu saat bekerja
  • Jauhilah drama apapun di lingkungan kerjamu.
  • Kenali setiap rekan kerja, namun harus ada batasan dalam hal keakraban.
  • Jagalah segala privasimu rapat-rapat.
  • Bertindak dan bereaksi sekadarnya saja.
  • Tidak merespon rekan kerja yang mengajakmu bergosip atau berbicara diluar konteks pekerjaan.
  • Dalam berkonflik, lebih banyak mengambil peran untuk mengalah.
    Ini adalah cara yang sudah dan selalu saya gunakan dimanapun saya bekerja. Atau kamu bisa modifikasi cara yang diatas tadi dengan gaya atau pemahamanmu sendiri. Cara ini terbukti ampuh untuk bertahan dalam lingkungan kerja yang kadar toxic-nya sudah parah. Kamu juga pasti bisa, ayo lebih bersemangat lagi.

Jika Saya Resign ?.

    Sebaliknya jika kamu sudah memantapkan diri untuk resign, ada baiknya kamu lakukan hal ini :
  • Persiapkan resign dari 3 sampai 6 bulan sebelumnya.
  • Mulailah menabung secara ketat dalam jangka waktu tersebut, finansialmu harus kamu pastikan cukup kuat menjagamu.
  • Beraktivitaslah seperti biasa sembari kamu mempersiapkan resign.
  • Mulailah aktif mencari lowongan pekerjaan minimal 3 bulan sebelumnya.
  • Seleksilah lamaranmu, pastikan perusahaan yang kamu pilih tepat.
  • Ajukan resign dengan tetap mengikuti aturan perusahaan.
  • Berpamitan pada rekan kerja dan atasamnu, dan jangan membenci apalagi menyimpan dendam. 
    Dengan mempersiapkan resign-mu dengan matang kamu akan lebih aman dan bisa mencari pekerjaan lain secara teliti dan lebih baik lagi. Jika kamu sudah berkeluarga, mungkin berunding dengan pasanganmu akan membantumu menemukan solusi.

    Nah itu tadi pembahasan kita terkait lingkungan kerja yang toxic, alasannya dan sedikit kiat untuk menghadapi konsekuensi dari keputusan kita. Mudah-mudahan pembahasan tadi menjadi jawaban kamu yang mulai ragu dan bimbang. Satu pesan dari saya " Keputusan yang terbaik datan dari hati yang jernih dan pikiran yang terfokus ". Semoga kamu semua sehat selalu dan sampai jumpa lagi.


  

Membedah Sisi Gelap Cerita One Piece – Realitas Dan Kritik Berbalut Hiburan.

Membedah Sisi Gelap Cerita One Piece – Realitas Dan Kritik Berbalut Hiburan.             Siapa yang suka menonton One Piece ? Manga dan...