Kamis, 25 Agustus 2022

Lingkungan Kerja Toxic ?, Resign Atau Bertahan ?

 
Stress akibat lingkungan kerja yang buruk.

 


  Rekan kerja suportif, atasan yang peng    ertian, alur kerja yang baik, koordinasi antar divisi yang rapi adalah idaman dan harapan bagi setiap pekerja dimanapun dan dalam bidang apapun. Tetapi dalam banyak kasus banyak kita jumpai lingkungan kerja yang tidak sehat ( toxic ) yang menyebabkan hilangnya rasa aman dan nyaman dalam bekerja.
    
    Situasi seperti ini yang mengakibatkan menurunnya fokus dan konsentrasi dalam bekerja yang berakibat pada menurunnya performa kita. Bahkan dalam sebuah survei dari Society of Human Recources Management ( SHRM ) tahun 2019 mengungkapkan bahwa satu dari lima orang yang mengajukan resign beralasan karena tidak sehatnya lingkungan perusahaan tempat bekerja.

    Apakah kamu juga mengalaminya ?. Well, ada baiknya kamu membaca tulisan ini sampai habis karena saya akan membahasnya dan mungkin memberikan insight apakah kamu harus bertahan dan melakukan penyesuaian atau menyelamatkan dirimu dari penjara psikologis yang bisa membunuhmu ?



    Kenapa Harus Bertahan ?.

Overpressure.


 Mungkin jika ditanya tentang hal ini akan banyak sekali jawaban yang kita dapatkan. Tetapi hampisr sebagian besar akan melontarkan alasan karena faktor ekonomi. Klasik memang tapi memang fakta berbicara demikian.
    Banyak yang berusaha menahan segala tekanan, dan stress hanya untuk bertahan di satu perusahaan demi mendapat penghasilan, menghidupi diri sendiri dan keluarga, atau hanya sekedar menyambung hidup. Terutama untuk para kaum urban hal ini sudah seperti pedoman yang tertanam di alam bawah sadar.
    Tetapi apakah kamu sadar jika tindakan itu bisa mengancam kesehatan fisik dan mentalmu ?, jika sudah dalam batas tertentu, resign bisa menjadi keputusan yang tidak akan kamu sesali.


Kenapa Harus Resign ?

Resign adalah jalan terakhir.



    Seringkali jika sudah dalam titik tertentu, kita akan segera mengajukan resign dari perusahaan tempat kita bekerja. Apalagi untuk para millenials yang menganut paham work-life balance pasti akan langusng melakukan hal tersebut.
    Tetapi sebelum melakukan hal itu ada baiknya kamu tanyakan pada dirimu sendiri, apakah kamu siap dengan segala resiko yang ditimbulkan akibat keputusanmu ?, baik secara finansial maupun kehidupanmu ?. Jika belum atau kamu masih ragu, alangkah bijaknya untuk mempertimbangkan untuk sedikit bertahan.


Bijaklah Sebelum Memutuskan.

Kebijaksanaan dekat dengan kemenangan.



    Saya juga pernah diposisi seperti kamu, menghadapi manusia yang cenderung bersikap negatif kepada kita, memberikan masukan yang ternyata menyesatkan, dan membuat semangat bekerja memudar.
    Tetapi sebelum memutuskan akan memilih apa ada baiknya kamu siapkan daftar pertanyaan ini :
  • Apakah tabungan saya sudah cukup untuk menopang saya dan keluarga setelah resign ?
  • Bagaimana prospek kita di masa depan jika terus bertahan ?
  • Apakah kesehatan saya sudah mulai terganggu ?
  • Kenapa lingkungan kerja saya begitu toxic ?
  • Apakah ada hak-hak saya yang tidak bisa didapatkan selama kerja ?
  • Dan lainnya,sesuaikan dan kreasikan sesuai dirimu.
    Setelah melakukan hal tersebut, anda mungkin bisa mengambil keputusan secara lebih bijaksana dan mendapat pandangan yang jauh lebih obyektif dan jelas. Saya juga akan memberikan sedikit kiat-kiat yang sesuai dengan pengalaman saya sendiri, ketika menghadapi 2 skenario yang sudah kita bahas diawal. Saya bagikan untuk kamu semua, Gratis.


Jika Saya Bertahan ?

    Jika kamu memang memutuskan ingin bertahan terlepas apapun motifnya, berikut tips yang bisa kamu pergunakan sebagai senjata kamu "bertahan hidup" :
  • Beranikan dirimu untuk menjadi penganut aliran Teng-Go.
  • Berusahalah untuk fokus total dalam pekerjaanmu saat bekerja
  • Jauhilah drama apapun di lingkungan kerjamu.
  • Kenali setiap rekan kerja, namun harus ada batasan dalam hal keakraban.
  • Jagalah segala privasimu rapat-rapat.
  • Bertindak dan bereaksi sekadarnya saja.
  • Tidak merespon rekan kerja yang mengajakmu bergosip atau berbicara diluar konteks pekerjaan.
  • Dalam berkonflik, lebih banyak mengambil peran untuk mengalah.
    Ini adalah cara yang sudah dan selalu saya gunakan dimanapun saya bekerja. Atau kamu bisa modifikasi cara yang diatas tadi dengan gaya atau pemahamanmu sendiri. Cara ini terbukti ampuh untuk bertahan dalam lingkungan kerja yang kadar toxic-nya sudah parah. Kamu juga pasti bisa, ayo lebih bersemangat lagi.

Jika Saya Resign ?.

    Sebaliknya jika kamu sudah memantapkan diri untuk resign, ada baiknya kamu lakukan hal ini :
  • Persiapkan resign dari 3 sampai 6 bulan sebelumnya.
  • Mulailah menabung secara ketat dalam jangka waktu tersebut, finansialmu harus kamu pastikan cukup kuat menjagamu.
  • Beraktivitaslah seperti biasa sembari kamu mempersiapkan resign.
  • Mulailah aktif mencari lowongan pekerjaan minimal 3 bulan sebelumnya.
  • Seleksilah lamaranmu, pastikan perusahaan yang kamu pilih tepat.
  • Ajukan resign dengan tetap mengikuti aturan perusahaan.
  • Berpamitan pada rekan kerja dan atasamnu, dan jangan membenci apalagi menyimpan dendam. 
    Dengan mempersiapkan resign-mu dengan matang kamu akan lebih aman dan bisa mencari pekerjaan lain secara teliti dan lebih baik lagi. Jika kamu sudah berkeluarga, mungkin berunding dengan pasanganmu akan membantumu menemukan solusi.

    Nah itu tadi pembahasan kita terkait lingkungan kerja yang toxic, alasannya dan sedikit kiat untuk menghadapi konsekuensi dari keputusan kita. Mudah-mudahan pembahasan tadi menjadi jawaban kamu yang mulai ragu dan bimbang. Satu pesan dari saya " Keputusan yang terbaik datan dari hati yang jernih dan pikiran yang terfokus ". Semoga kamu semua sehat selalu dan sampai jumpa lagi.


  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Membedah Sisi Gelap Cerita One Piece – Realitas Dan Kritik Berbalut Hiburan.

Membedah Sisi Gelap Cerita One Piece – Realitas Dan Kritik Berbalut Hiburan.             Siapa yang suka menonton One Piece ? Manga dan...